Jumat, 04 Desember 2009

Tips ‘ABCDE’ untuk Siap Ujian Nasional

oleh Nur Haris Ali

Adanya rencana Mendiknas untuk memajukan Ujian Nasional (UN) atau tidak, tak akan menjadi masalah bagi siswa yang berkarakter pembelajar dan punya komitmen untuk selalu belajar. Tipe siswa seperti ini akan istiqomah belajar, kapan pun dan dimana pun. Motivasi belajar mereka bukanlah hanya sekedar karena akan menghadapi ujian saja. Mereka istiqomah belajar karena menganggap belajar adalah sebuah kebutuhan, bukan kewajiban. Namun sayang, sedikit sekali kita temukan siswa yang mempunyai karakter seperti itu, malah sebaliknya, kita lebih sering menemukan siswa yang berkarakter lain. Tidak sedikit siswa yang hanya belajar diwaktu mereka akan menghadapi ujian saja dan sejenisnya. Jika hal ini terus dibiarkan, UN bagi siswa semacam ini akan menjadi momok besar. Oleh karena itu, untuk merekalah, tulisan ini ditujukan.

Kiat sukses UN disingkat dengan akronim alfabetis ABCDE. Pertama huruf “A”, Antusias. Kata ini berasal dari bahasa asing en (di dalam), theos (Tuhan), isme (paham). Jadi, antusias bermakna ‘Tuhan ada di dalam diri’ . Innallaha ma’ana. Jika antusias sudah merasuk ke dalam diri seseorang, maka siapapun akan bersemangat dalam hidup dan menghadapi Ujian, meskipun, Ujian yang berat sekalipun. Datangnya Ujian akan mereka sambut dengan sebuah keyakinan bahwa, mereka mampu menghadapinya dengan segala persiapan yang sudah matang. Niat dan motivasi akan selalu menyala dari dalam diri mereka, tak perlu lagi untuk diingatkan. Sebab, rasa antusias ini akan menjadi charger bagi diri masing-masing. Permasalahannya adalah, bagaimanakah dengan kondisi belajar para siswa saat ini? Sudah siapkah mereka?. Hal inilah yang harus kita pikirkan sebagai orang tua dan masyarakat umum.

Kedua huruf “B”, Belajar efektif. Karena waktu di kelas terminal, maka kelas VI SD/MI, kelas IX SMP/MTs, dan kelas XII SMA/SMK/MA akan terasa sebentar dibanding kelas sebelumnya. Kemudian, Bagaimanakah belajar yang efektif itu? Jawabannya adalah belajar secara fungsional dan global, diantaranya; metode peta pikiran (mind mapping) sebaiknya diterapkan dalam catatan pribadi siswa dengan tulisan warna-warni. Secara teori pendidikan, tulisan yang warna-warni, sangat membantu sekali untuk mudah diingat. Berbagai sekolah telah lama mempersiapkan dengan drill latihan soal-soal disertai dengan uji coba (try out) yang notabene tidak hanya sekali dua kali, namun berkali-kali dengan materi terstruktur sejak kelas awal hingga akhir. Try out memang sengaja dibuat mirip dengan situasi yang sesungguhnya atau yang biasa kita kenal dengan istilah simulasi. Sebab, cara ini dipandang efektif selama model soal masih tetap pada ranah kognitif.

Ketiga adalah huruf “C”, Cara memenej waktu. Mengingat waktu yang singkat di kelas akhir, sudah semestinya bagi siswa untuk bisa memenej waktu dengan sebaik-baiknya. Mau tidak mau harus disadari bahwa, semua orang diberi anugerah waktu yang sama yakni, 24 jam dalam sehari semalam, 60 menit tiap jamnya, dan 60 menit juga dalam setiap detiknya. Namun, mengapa hasilnya berbeda?. Jawabannya mungkin terletak pada ketidakmampuan siswa dalam memenej waktu. Dalam teori accelerated learning dijelaskan bahwa, emosi yang positif sangat membantu proses pembelajaran, belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi, dan belajar membutuhkan keterlibatan seluruh anggota tubuh serta pikiran. Jika mungkin, menjadikan belajar sebagai ‘hiburan’ juga diperbolehkan, sehingga siswa tidak akan merasa tersiksa dengan belajar keras menjelang UNAS. Refreshing memang diperlukan saat suntuk belajar, dengan konsekuensi tidak menyita waktu. Sebab kelak, bila menyesal karena tidak memanfaatkan waktu secara baik, maka tidak akan bisa diulangi kembali ke masa lalu.

Keempat huruf “D”, Doa dan ibadah. Saat penulis sedang menyelesaikan tulisan ini, penulis teringat ketika dulu ia masih duduk di bangku terakhir SMA Islam Sunan Gunung Jati Tulungagung. Ketika itu Ia sering bertanya pada gurunya, “Pak, ada nggak ya doa yang ‘cespleng’ dan mujarab untuk bisa lulus Ujian Nasional?”. Ketika pertanyaan itu muncul, sangat mungkin sekali bagi siswa untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Masalahnya, doa apakah dan oleh siapakah itu? Tentu doa kesuksesan dan doa keselamatan dunia akhirat. Kemudian pertanyaan selanjutnya, siapa saja yang harus berdoa dan beribadah? Tidak lain tidak bukan jawabannya ialah siswa yang bersangkutan, orang tua atau keluarga, dan segenap warga sekolah. Jika doa bersama ini terlaksana, pasti akan menambah ketenangan bagi siswa. Dan jika jiwa tenang, separuh kemenangan (kesuksesan) telah teraih.

Kemudian yang kelima huruf “E”, Empati. Doa yang menambah tenang, juga sebagai wujud kepedulian pada siswa. Siswa sangat membutuhkan empati atau feeling in, minimal sekadar simpati atau feeling on dari orang sekitar. Disinilah peran keluraga dan masyarakat untuk berempati guna membantu menciptakan suasana rumah dan lingkungan yang kondusif untuk belajar.

Akhir kata, dengan kelima kiat di atas, semoga sukses dan bermanfaaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar